AKTIVITAS ZAT RADIOAKTIF
Heri
Setiawan, Alimuddin Hamsah P., Anuhgraini Jumaru, Nurfadia Adlina, Nur Fitrah
H., Yuliastuti
Laboratorium Fisika Modern
Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Makassar
Abstrak.
Telah dilakukan praktikum
tentang Aktivitas Zat Radioaktif. Praktikum ini bertujuan untuk menyelidiki
karakteristik pancaran radioaktivitas beberapa zat radioaktif, membandingkan
daya tembus sinar α, β, dan γ,
kemampuan berbagai material (bahan) dalam menyerap radiasi, hubungan antara
jarak sumber radioaktif dengan aktivitas sumber. Pengambilan
data pada paraktikum ini dilakukan dengan cara mengatur waktu pencacahan pada
komputer dan menentukan jumlah waktu pencacahan. Dari hasil analisis grafik
diperoleh bahwa karakteristik pancaran radioaktivitas beberapa zat berbeda. Terjadinya
perbedaan daya tembus yang diperoleh secara praktikum dengan secara teori,
dimana secara teori daya tembus yang paling besar berturut-turut, gamma, beta,
dan alfa. Kemampuan berbagai material dalam menyerap energy bergantung
ketebalan bahan Hubungan antara jarak sumber radioaktif dengan aktivitas sumber
adalah berbanding terbalik disebut Hukum kebalikan kuadrat, dimana hanya
berlaku pada sinar beta dan gamma saja sedangkan untuk alfa tidak berlaku hokum
kebalikan kuadrat .
KATA KUNCI:
radioaktivitas, radioaktif, aktivitas zat radioaktif, daya tembus sumber
radioaktif.
PENDAHULUAN
Awalnya,
hasil eksperimen ini negatif. Tetapi ketika Becquerel menggunakan potasium
uranil disulfat K2UO2(SO4)22H2O,
akhirnya dia mengamati gejala tersebut yang dilaporkannya ke Akademi pada
tanggal 24 Februari. Beberapa Minggu kemudian, pada tanggal 2 Maret 1896,
Becquerel kembali membuat laporan ke Akademi. Dalam laporan inilah tercantum
penemuan tentang radioaktivitas yang akan membuat namanya terkenal. Dalam
laporan tersebut Becquerel menuliskan, “Sebuah pelat fotografi, gelatin dengan
perak bromida, dibungkus dalam sebuah tempat yang kedap cahaya dalam sebuah
kain hitam, pada salah satu sisinya ditutupi dengan aluminium; jika kita
menyinarinya dengan cahaya matahari penuh, bahkan selama seharian penuh, pelat
fotografi itu tak akan menghitam. Tetapi jika kita menempatkan pada lembar
aluminium tersebut, di bagian luarnya, lapisan garam uranium [...] kemudian
kita sinari selama beberapa jam di bawah sinar matahari, kita akan segera
melihat, setelah pelat fotografi dicuci seperti biasa, bayangan lapisan kristal
akan tampak hitam di atas pelat peka tersebut.”
Bahwa penemuan Becquerel itu
tidak diduga olehnya, tersirat dalam dua paragraf berikutnya pada laporan
itu. “Saya sangat yakin bahwa fakta
berikut ini terutama bagi saya sangatlah penting dan berada di luar fenomena
yang diharapkan akan teramati: lapisan kristal yang sama, ditempatkan pada
pelat fotografi dengan cara yang sama [...] tetapi tetap dijaga dalam keadaan
gelap, juga akan menghasilkan cetakan fotografi yang sama. Saya sampai pada
hasil pengamatan ini setelah melalui kegiatan ini: Berdasarkan hasil eksperimen
saya sebelumnya yang telah saya persiapkan pada hari Rabu tanggal 26 dan Kamis
tanggal 27 Februari, dan karena pada hari-hari itu, matahari hanya muncul sebentar-sebentar
saja, saya menyimpan kembali bahan-bahan eksperimen yang telah saya siapkan itu
ke dalam laci yang gelap, dengan tetap membiarkan lapisan garam uranium di
dekatnya. Karena matahari tidak juga bersinar setelah beberapa hari kemudian,
saya kemudian mencuci plat fotografi itu dengan dugaan akan terdapat gambar
yang samar-samar. Gambar itu memang tampak, tetapi berbeda dengan harapan saya,
gambar itu memiliki intensitas yang tinggi.”
Becquerel lalu meneruskan
eksperimennya dalam tempat yang betul-betul gelap dan masih diperoleh hasil
yang sama. Ini berarti, di samping sinar X, pastilah terdapat jenis sinar jenis
baru lainnya yang tampaknya terpancar tanpa disebabkan oleh sebuah bahan
fosforesens. Dalam tahun 1896 Becquerel terus mempelajari sinar baru itu. Masih
pada bulan Maret, Becquerel menemukan bahwa sinar-sinar ini dapat mengosongkan
muatan elektroskop. Artinya, sinar tersebut menyebabkan udara bersifat
konduktif. Becquerel kemudian menemukan bahwa semua campuran uranium, bersifat
fosforesens atau tidak, yang telah ditelitinya selama ini, memancarkan sinar
itu. Dia menyimpulkan bahwa logam murni uranium haruslah memancarkan radiasi
yang paling kuat yang kemudian dibuktikannya melalui eksperimen. Di penghujung
tahun 1896, Becquerel melaporkan tentang kemampuan serap berbagai material
terhadap sinar ini.
Meskipun fenomena radioaktivitas
ini ditemukan oleh Becquerel, nama radioaktivitas itu sendiri diberikan oleh
Marie Curie, penemu unsur radioaktif lainnya selain uranium, yaitu polonium dan
radium.
Atas temuan radioaktivitas ini,
Antoine Henri Becquerel, bersama-sama dengan pasangan suami istri Pierre Curie dan Marie Curie dianugerahi
hadiah nobel fisika pada tahun 1903, lima tahun sebelum Becquerel meninggal dunia. .[1]
TEORI
Radioaktivitas adalah
kemampuan inti atom yang tak stabil untuk memancarkan radiasi dan berubah
menjadi inti yang stabil. Proses perubahan ini disebut peluruhan, dan inti atom
yang tak stabil disebut radionuklida. Materi yang mengandung radionuklida
disebut zat radioaktif. Radioaktivitas melibatkan transmutasi unsur-unsur.
Peristiwa pemancaran sinar-sinar radioaktif dari sebuah inti atom yang tidak
mantap secara spontan disebut radioaktivitas. Gejala radiokativitas sangat
berperan dalam pengembangan Fisika nuklir. Ada tiga jenis radiasi yang
mungkin dipancarkan dalam sebuah peristiwa peluruhan, yaitu radiasi sinar a,
b, dan g.[2]
Dalam peluruhan alfa,
sebuah inti tidak stabil meluruh menjadi dua inti ringan dan sebuah partikel
alfa ( sebuah inti 4He), menurut reaksi :
X dan X’ menyatakan jenis inti yang berbeda, yang digambarkan
sebagai berikut:
GAMBAR 1. Peluruhan alfa sebuah inti X
menghasilkan sebuah inti X’ dan sebuah partikel alfa.[3]
Untuk peluruhan beta,
sebuah neutron berubah menjadi sebuah proton atau sebuah proton menjadi sebuah
neutron. Jadi, Z dan N masing-masing berubah sebanyak satu satuan, tetapi A
tidak berubah. Pada peluruhan beta paling utama, sebuah neutron meluruh menjadi
sebuah proton dan sebuah elektron: . Menyusul peluruhan alfa dan beta, inti akhir dapat berada
pada suatu keadaan eksitasi. Seperti halnya atom, inti akhir itu akan mencapai
keadaan dasar setelah memancarkan satu atau lebih foton yang dikenal sebagai
sinar gamma inti.[4]
Detektor Geiger Muller
adalah alat pencacah radiasi yang berfungsi untuk mendeteksi dan mencacah
radiasi. Detektor Geiger terdiri dari tabung silinder yang pada pusatnya
memanjang dipasang kawat anoda dan pada selubung silinder bagian dalam dipasang
kulit sebagai katoda. Detektor Geiger Muller berfungsi untuk menentukan atau
mencacah banyaknya radiasi sinar radioaktif. Cara kerja dari detektor Geiger
Muller adalah mendeteksi radiasi dari suatu sumber atau bahan radioaktif. [5]
Laju peluruhan radioaktif disebut
aktivitas (activity lambang
A). Semakin besar aktivitasnya ,
semaikin banyak inti atom yang meluruh per detik. Aktivitas tidak
bersangkutpaut dengan jenis peluruhan atau radiasi yang dipancarkan cuplikan,
atau dengan energy radiasi yang dipancarkan . Aktivitas hnya ditentukan oleh
jumlah peluruhan per detik. [6]
Satuan dasar untuk mengukur
aktivitas adalah curie.
1 curie ( Ci) = 3,7 x 1010
peluruhan /detik
Satu curie didefinisikan sebagai banyaknya peluruhan
yang dilakukan oleh satu gram radium dalam waktu satu sekon. Satu curie adalah
bilangan yang besar sehingga kita lebih sering bekerja dengan satuan millicurie
(mCi) dan mikrocurie (µCi). Dalam SI, satuan aktivitas radiasi dinyatakan dalam
Bequerel (Bq) .
1
curie = 3,7 x 1010 peluruhan/sekon = 3,7 x10 10 Bq
1 mCi = 10-3 Ci
1 µCi = 10-6 Ci [7]
Jika peluang untuk meluruh
disebut tetapan paluruhan (lambang λ ), maka aktivitas bahan bergantung pada
banyak inti radioaktif dalam bahan ( N ) dan λ. Secara matematis ditulis
A = λ N ….(1)
Tetapan peluruhan λ memiliki harga berbeda untuk
inti yang berbeda tetapi konstan terhadap waktu. Makin banyak inti yang meluruh
per satuan waktu, makin besar A. Secara matematis dinyatakan oleh
A = - dNdt ….(2)
Tanda negative kita berikan karena Neutron berkurang
terhadap waktu , sedang kita menginginkan atom berharga positif.
Hukum peluruhan radioaktif
N = N0e-λt ….(3)
Dengan N0 = banyak inti radioaktif saat
t= 0
N = banyak inti pada selang waktu t
e = bilangan natural = 2,718…
λ = tetapan peluruhan (satuan s-1)
banyaknya inti induk dalam suatu contoh berkurang
secara eksponensial terhadap waktu. Kita tidak dapat mengukur banyaknya inti
radioaktif Neutron, tetapi kita dapat menyatakan dalam persamaan aktivitas,
yaitu dengan menggalikan kedua ruasnya dengan λ sehingga memberikan
λ N = λ N0e-λt ….(4)
aktivitas radioaktif
A = A0e-λt ….(5)
Dengan A0= aktivitas awal pada t= 0
A = aktivitas setelah selang waktu t[7]
Pada litosfer, banyak
terdapat inti radioaktif yang sudah ada bersamaan dengan terjadinya bumi, yang
tersebar secara luas dan disebut radionuklida alam. Radionuklida alam banyak
terkandung dalam berbagai macam materi dalam lingkungan, misalnya dalam air,
tumbuhan, kayu, bebatuan, dan bahan bangunan. Radionuklida primordial dapat
ditemukan juga di dalam tubuh manusia. Radiasi dari sinar radioaktif memang
dapat memberikan dampak yang buruk bagi tubuh, antara lain dapat terjadi mutasi
gen karena akan terjadi perubahan struktur zat serta pola reaksi kimia yang
merusak sel-sel tubuh makhluk hidup sehingga makhluk hidup dapat mengalami
kecacatan fisik. [8]
Selain itu, seseorang
yang terkena radiasi akan merasa pusing, nafsu makan berkurang, diare, demam,
berat badan menurun, kanker darah atau leukemia, denyut nadi meningkat, serta
daya tahan tubuh berkurang yang dapat menyebabkan seseorang mudah terserang
penyakit. Radiasi akan membunuh sel-sel saraf dan pembuluh darah dan dapat
menyebabkan kejang dan kematian mendadak. Radiasi dengan kekuatan yang tinggi
dapat membuat rambut menghilang dengan cepat. Dan radiasi dapat membuat
seseorang mengalami kemandulan karena sistem reproduksi yang terganggu.
Proses penyebaran
partikel radioaktif dapat terjadi melalui udara, air dan tanah. Secara umum
jenis radiasi yang terpancar dari bahan radioaktif baik pada fasilitas PLTN
atau yang berhubungan dengan fasilitas nuklir lainnya dan keluar ke lingkungan
terdiri dua tipe, yaitu paparan eksternal dan paparan internal. Tipe radiasi
paparan luar (eksternal) atau paparan langsung yang terjadi melalui kontak
dengan tubuh kita dari luar tubuh. Tipe radiasi paparan dalam (internal) yaitu
paparan yang terjadi di dalam tubuh akibat zat atau partikel radioaktif
terserap atau masuk kedalam tubuh baik lewat aktifitas pernafasan, makan atau
minum keluar dari reaktor. [9]
METODOLOGI
EKSPERIMEN
Praktikum ini bertujuan untuk
menyelidiki karakteristik pancaran radioaktivitas beberapa zat radioaktif,
menyelidiki dan membandingkan daya tembus sinar α, β, dan γ, menyelidiki kemampuan
berbagai material (bahan) dalam menyerap radiasi, serta menyeldiki hubungan
antara jarak sumber radioaktif dengan aktivitas sumber.
Untuk
melakukan kegiatan tersebut yang sesuai dengan tujuan, alat-alat yang
dibutuhkan diantaranya tabung Geiger-Muller, Ratemeter, Komputer, sumber
radioaktif, sampe holder, sejumlah bahan penyerap ( Pb dan Al) dengan ketebalan
berbeda, serta mikrometer sekrup. Karena pada praktikum ini alat yang akan
digunakan telah dirangkai, maka langkah yang paling awal untuk dilakukan adalah
menyalakan komputer, menyalakan ratemeter dengan memutar tombol ratemeter dari
posisi off ke posisi HV dan mengaktifkan program radiation detection pada
komputer.
Pada
ratemeter, tombol pengatur tegangan diputar sampai diperoleh penunjukan
tegangan 500 volt dan pada program radiation detection pilih com 1. Setelah
melakukan pemilihan com, pilihlah count kemudian tekan enter. Untuk mengatur
computer agar kembali pada posisi scaler, tekan esc pada keyboard. Tombol F1
dan F2 masing-masing berfungsi untuk mengisi waktu pencacahan ( 1 sekon atau 2
sekon) dan mengisi jumlah data yang diinginkan.
Setelah
semua yang dibutuhkan siap, langkah selanjutnya adalah melakukan kegiatan
1(mengenal aktivitas zat radioaktif) dengan cara meletakkan salah satu sumber
radioaktif ( latar belakang, beta, dan gamma) pada rak sampel. Kemudian memutar
tobol HV ke posisi count lalu tekan enter maka komputer akan merekam cacahan
yang ada pada komputer. Tidak jauh berbeda dengan kegiatan 1, pada kegiatan 2
selain menggunakan sumber radioaktif ( alfa, beta dan gamma), juga digunakan
bahan penghalang Pb dan Al. Bahan penghalang tersebut bertujuan untuk
mengetahui daya tembus dari sumber radioaktif yang digunakan. Jika pada
kegiatan 2 yang dimanipulasi adalah jenis penghalangnya, untuk kegiatan 3 yang
dimanipulasi adalah jarak penempatan
sumber radioaktif pada rak sampel.
HASIL
EKSPERIMEN DAN ANALISA DATA
Hasil Pengamatan :
Kegiatan 1 : Mengenal aktivitas
zat radioaktif
Gambar
2. Grafik
histogram hubungan antara sumber radiasi dengan cps rata-rata
Kegiatan 2 : Mengukur daya tembus
sinar α,β, dan γ
Jenis
Penghalang Timah (Pb)
Sumber
radiasi : Alfa
Waktu paruh : 138 d
Aktivitas mula-mula : 0,1 µci
Io= (0,1 x 10-6) x
(3,7 x 1010 cps)
Io= 3700 c
Gambar 3. Grafik
hubungan antara ketebalan timah dengan cps rata-rata
Analisis Grafik
y = mx + C
m = 0,0399
µ = m
µ = 0,0399
R² = 0,608
R² = DK
KR = 1 – DK
Sumber radiasi :
Beta
Waktu paruh : 28,6 yrs
Aktivitas
mula-mula : 0,1 µci
Io= (0,1 x 10-6)
x (3,7 x 1010 cps)
Io= 3700 cps
Gambar 4. Grafik
hubungan antara ketebalan timah dengan cps rata-rata
Analisis Grafik
y = mx + C
m = 0,0396
µ = m
µ = 0,0396
R² = 0,5058
R² = DK
KR = 1 – DK
Sumber radiasi :
Gamma
Waktu paruh : 5,27 yrs
Aktivitas
mula-mula : 1 µci
Io= (1 x 10-6)
x (3,7 x 1010 cps)
Io= 37000 cps
Gambar 5. Grafik
hubungan antara ketebalan timah dengan cps rata-rata
Analisis Grafik
y = mx + C
m = 1,5844
µ = m
µ = 1,5844
R² = 0,8405
R² = DK
KR = 1 – DK
Jenis
Penghalang Aluminium
Sumber radiasi :
Alfa
Waktu paruh : 138 d
Aktivitas
mula-mula : 0,1 µci
Io= (0,1 x 10-6)
x (3,7 x 1010 cps)
Io= 3700 cps
Gambar 6. Grafik
hubungan antara ketebalan timah dengan cps rata-rata
Analisis Grafik
y = mx + C
m = 0,0631
µ = m
µ = 0,0631
R² = 0,0864
R² = DK
KR = 1 – DK
Sumber radiasi :
Beta
Waktu paruh : 28,6 yrs
Aktivitas
mula-mula : 0,1 µci
Io= (0,1 x 10-6)
x (3,7 x 1010 cps)
Io= 3700 cps
Gambar 7.
Grafik hubungan antara ketebalan timah dengan cps rata-rata
Analisis Grafik
y = mx + C
m = -1,3632
µ = m
µ = -1,3632
R² = 0,9913
R² = DK
KR = 1 – DK
Sumber radiasi :
Gamma
Waktu paruh : 5,27 yrs
Aktivitas
mula-mula : 1 µci
Io= (1 x 10-6)
x (3,7 x 1010 cps)
Io= 37000 cps
Gambar 8. Grafik
hubungan antara ketebalan timah dengan cps rata-rata
Analisis Grafik
y = mx + C
m = -0,0787
µ = m
µ = 0,0787
R² = 0,8733
R² = DK
KR = 1 – DK
Kegiatan 3 : Hukum Kebalikan Kuadrat
Tabel
1
Hubungan
Antara Jarak Sumber dan Aktivitas Sumber
Sumber
|
D (cm)
|
D2
|
cps rata-rata
|
cps rata-rata x D²
|
Alpha
|
1
|
1
|
11,8
|
11,8
|
3
|
9
|
1,2
|
10,8
|
|
5
|
25
|
1,5
|
37,5
|
|
7
|
49
|
1,7
|
83,3
|
|
9
|
81
|
1,6
|
129,6
|
|
Beta
|
1
|
1
|
255,0
|
255,0
|
3
|
9
|
95,6
|
860,4
|
|
5
|
25
|
46,9
|
1172,5
|
|
7
|
49
|
30,2
|
1479,8
|
|
9
|
81
|
20,4
|
1652,4
|
|
Gamma
|
1
|
1
|
24,2
|
24,2
|
3
|
9
|
10,9
|
98,1
|
|
5
|
25
|
6,6
|
165,0
|
|
7
|
49
|
4,5
|
220,5
|
|
9
|
81
|
3,8
|
307,8
|
Grafik
hubungan antara cps rata-rata dengan jarak sumber dari tabung GM
Sumber
radiasi alfa
Gambar 9. Grafik
hubungan antara jarak sumber dengan cps rata-rata
Sumber
radiasi beta
Gambar 10. Grafik
hubungan antara jarak sumber dengan cps rata-rata
Sumber radiasi gamma
Gambar
11. Grafik hubungan antara jarak
sumber dengan cps rata-rata
Plot
hubungan antara cps rata-rata dengan kebalikan jarak kuadrat (1/D2)
Sumber
radiasi alfa
Gambar
12. Grafik hubungan antara kebalikan
jarak kuadrat dengan cps rata-rata
Sumber
radiasi beta
Gambar 13. Grafik
hubungan antara kebalikan jarak kuadrat dengan cps rata-rata
Sumber radiasi gamma
Gambar 14. Grafik
hubungan antara kebalikan jarak kuadrat dengan cps rata-rata
Plot
hubungan antara cps rata-rata dengan
jarak sumber ke tabung GM menggunakan grafik logaritma
Sumber radiasi alfa
Gambar 15. Grafik
hubungan antara jarak sumber dengan cps rata-rata
Sumber radiasi beta
Gambar 16. Grafik
hubungan antara jarak sumber dengan cps rata-rata
Sumber
radiasi gamma
Gambar 17. Grafik
hubungan antara jarak sumber dengan cps rata-rata
Pembahasan
Percobaan
kali ini yaitu Percobaan Aktivitas Zat Radioaktif dimana bertujuan untuk
Menyelidiki karakteristik pancaran radioaktivitas beberapa zat radioaktif,
menyelidiki dan membandingkan gaya tembus α,
β, dan γ,
menyelidiki kemampuan berbagai material (bahan) dalam menyerap radiasi, serta
untuk menyelidiki hubungan antara jarak sumber radioaktif dengan aktivitas
sumber. Percobaan ini dibagi atas tiga kegiatan yakni kegiatan pertama Mengenal
Aktivitas Zat Radioaktif, kegiatan kedua Mengukur daya tembus sinar alfa, beta
dan gam
α, β, dan γ, dan
kegiatan ketiga Hukum kebalikan kuadrat.
Kegiatan
pertama yaitu Mengenal Aktivitas Zat Radioaktif, dimana kita buatkan grafik
histogram antara ketiga α,
β, dan γ. Dari hasil
plot histogram yang diperoleh dapat kita lihat bahwa aktivitas zat (bahan) yang
paling aktif berturut-turut adalah β, γ dan α. Hal tersebut
sesuai dengan teori yang ada.
Kegiatan
kedua yaitu Mengukur daya tembus sinar α,
β, dan γ. Dimana pada
kegiatan ini kita menggunakan dua jenis penghalang yaitu Pb dan Al dengan
masing-masing ketebalan yang berbeda-beda serta 3 jenis sumber radiasi. Dari
hasil analisis grafik hubungan antara ketebalan bahan dengan cps rata-rata yang
diperoleh nilai koefisien daya tembus untuk setiap sumber radiasi, dimana untuk
sumber radiasi α dengan jenis penghalang Pb sebesar sedangkan untuk jenis penghalang Al sebesar ; untuk sumber radiasi β dengan jenis
penghalang Pb sebesar sedangkan untuk jenis penghalang Al sebesar ; untuk
sumber radiasi γ dengan jenis penghalang Pb sebesar sedangkan untuk jenis penghalang Al sebesar .
Adanya perbedaan antara hasil yang diperoleh dengan teori yang ada dimana
secara teori daya tembus yang paling besar itu berturut-turut gamma, beta, dan alfa. Sedangkan hasil analisis grafik
yang didapatkan berbeda dimana untuk jenis penghalang Pb daya tembus paling
besar berturut-turut adalah beta, alfa, gamma; sedangkan untuk jenis penghalang
Al daya tembus paling besar berturut-turut adalah gamma, alfa, beta. Hal
demikian terjadi mungkin karena pada saat pengambilan data terjadi
kesalahan-kesalahan yang dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh.
Pada kegiatan ketiga yaitu hokum kebalikan kuadrat
dimana kita telah memplot grafik hubungan antara cps rata-rata dengan jarak
sumber dari tabung G-M, hubungan antara cps rata-rata dengan kebalikan jarak
kuadrat. Dari hasil plot tersebut didapatkan bahwa yang bersesuaian dengan
hukum kebalikan kuadrat adalah beta dan gamma sedangkan alfa tidak. Dimana
semakin besar jarak sumber radiasi, maka semakin kecil cps rata-ratanya. Hal
tersebut berlaku untuk sinar beta dan gamma.
SIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat
dismpulkan bahwa: karakteristik pancaran radioaktivitas beberapa zat itu berbeda-beda.
Daya tembus yang diperoleh tidak sesuai teori yang ada yakni daya tembus yang
paling besar berturut-turut, gamma, beta, dan alfa. Dimana kemampuan berbagai
material dalam menyerap energy bergantung ketebalan bahan. Hubungan antara
jarak sumber radioaktif dengan aktivitas sumber adalah berbanding terbalik
disebut hokum kebalikan kuadrat dimana hanya berlaku pada sinar beta dan gamma
saja sedangkan untuk sinar alfa tidak.
REFERENSI
[1]Subaer, dkk. 2014. Penuntun Praktikum Eksperimen Fisika I Unit
Laboratorium Fisika Modern Jurusan Fisika FMIPA UNM.
[2]http://bertiemargaretha.blogspot.com/2012/12/laporan-praktikum-radioaktivitas.html. Diakses pada tanggal 18 November 2014 di Makassar.
[3] Kenneth S. Krane. 1992.Fisika Modern. Jakarta: UI-Press
[4] Kenneth S. Krane. 1992.Fisika Modern. Jakarta: UI-Press
[5]http://bertiemargaretha.blogspot.com/2012/12/laporan-praktikum-radioaktivitas.html. Diakses pada tanggal 18 November 2014 di Makassar.
[6] Kenneth S. Krane. 1992.Fisika Modern. Jakarta: UI-Press
[9]http://bertiemargaretha.blogspot.com/2012/12/laporan-praktikum-radioaktivitas.html. Diakses pada tanggal 18 November 2014 di Makassar.
0 komentar:
Posting Komentar