SPEKTRUM GARIS BERBAGAI JENIS ATOM
(TEORI ATOM BOHR)
Heri
Setiawan, Alimuddin Hamzah P., Anuhgraini Jumaru, Nurfadia Adlina, Nur Fitrah
H, Yuliastuti
Laboratorium Fisika Modern
Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Makassar
Abstrak.
Telah dilakukan spectrum garis berbagai jenis atom
dengan prinsip teori atom Bohr. Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan
panjang gelombang spectrum garis atom gas mulia dan logam.Praktikum dilakukan
dengan menggunakan tiga gas, yakni gas helium, neon dan natrium. Pengambilan
data dilakukan dengan cara menghimpitkan garis vertical pada spectrometer
dengan garis warna yang terbentuk kemudian mengukur sudut yang dibentuk melalui
skala pada spectrometer. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa setiap
atom memancarkan spektrum warna yang berupa garis diskrit yang terdiri atas deretan
warna yaitu ungu, nila, biru, hijau, kuning, jingga, dan merah. Hasil analisis
data menunjukkan bahwa panjang gelomabang spektrum warna tersebut
berturut-turut adalah ; ; ; ; ; ; . Untuk
pengamatan interval spektrum garis warna kuning yang pada
atom Na diperoleh pada orde pertama; sedangkan
pada orde kedua sebesar 29,04 nm.
Adanya perbedaan yang diperoleh antara teori dan eksperimen yang disebabkan
karena kurang telitinya praktikan dalam pengamatan spektrum warna serta
seringnya pemadaman lampu secara tiba-tiba sehingga mempengaruhi data yang
diperoleh.
KATA
KUNCI: spektrum garis
atom, teori atom Bohr, panjang gelombang, sudut angular.
PENDAHULUAN
Spektrum emisi
yang dapat dihasilkan suatu atom dapat diamati dengan menggunakan alat
spektrometer, Spektrum
garis membentuk suatu deretan warna cahaya dengan panjang gelombang berbeda. Adanya
spektrum garis yang dihasilkan setiap unsur yang terdiri atas deretan warna
dengan panjang gelombang yang berbeda-beda pertama kali diamati pada gas hidrogen
oleh Niels Bohr. Pada
tahun 1900, J.J Thomson mengajukan model atom yang menyerupai roti kismis.
Menurut Thomson, atom terdiri dari materi bermuatan positif dan didalamnya
tersebar elektron bagaikan kismis dalam rotikismis. [1]
Ernest Rutherford telah
dapat menunjukkan bahwa atom terdiri dari sebentuk
awan difus elektron bermuatan
negatif mengelilingi inti yang kecil, padat, dan bermuatan positif dengan
elektron-elektron mengorbit inti seperti layaknya planet mengorbit matahari.
Namun demikian, model sistem keplanetan untuk atom menemui beberapa kesulitan. Pada
tahun 1913, Niels Bohr, fisikawan berkebangsaan Swedia, mengikuti jejak
Einstein menerapkan teori kuantum untuk menerangkan hasil studinya mengenai
spektrum atom hidrogen. Bohr mengemukakan teori baru mengenai struktur dan
sifat-sifat atom. Teori atom Bohr ini pada prinsipnya menggabungkan teori
kuantum Planck dan teori atom dari Ernest Rutherford yang dikemukakan pada
tahun 1911[1].
Jika sebuah gas diletakkan
di dalam tabung kemudian arus listrik dialirkan ke dalam tabung, gas akan
memancarkan cahaya. Cahaya yang dipancarkan oleh setiap gas berbeda-beda dan
merupakan karakterisktik gas tersebut. Cahaya dipancarkan dalam bentuk spektrum
garis dan bukan spektrum yang kontinyu. Kenyataan bahwa gas
memancarkan cahaya dalam bentuk spektrum garis diyakini berkaitan erat dengan
struktur atom. Dengan demikian, spektrum garis atomik dapat digunakan
untuk menguji kebenaran dari sebuah model atom. [1]
Spektrum garis membentuk
suatu deretan warna cahaya dengan panjang gelombang berbeda. Untuk gas hidrogen
yang merupakan atom yang paling sederhana, deret panjang gelombang ini ternyata
mempunyai pola tertentu yang dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis. Spektrum garis atom hidrogen
berhasil dijelaskan oleh Niels Bohr, pada tahun 1913, kemampuan teori atom Bohr
menerangkan asal-usul garis spektrum merupakan salah satu hasil yang menonjol,
sehingga teori ini diterapkan pada spektrum atomik[1].
Fisika Kalasik gagal dalam
menerangkan spektrum atom. Dari spektrum atom Hidrogen maka dapat dirumuskan
secara ekstrapolasi atau pengepasan (fitting) bahwa:
Dimana R adalah tetapan
Rydberg. [2]
Adapun kelemahan dari atom Bohr adalah Lintasan
electron dalam mengelilingi inti atom ternyata sangat rumit, bukan merupakan
lintasan orbital berupa lintasan saja; Model atom Bohr hanya dapat menjelaskan
model atom hydrogen karena struktur atomnya sedrhana, sedangkan untuk atom
berelektron banyak sukar untuk dijelaskan; tidak dapat menerangkan pengaruh
medan magnet terhadap spektrum atom; serta tidak dapat menerangkan dengan baik
peristiwa dalam ikatan kimia yang terjadi. [3]
Eksperimen
ini selanjutnya dilakukan untuk melakukan pengamatan terhadap spektrum garis yang
dihasilkan dari berbagai jenis atom gas mulia dan gas logam serta menentukan
panjang gelombang dari setiap spektrum garis yang dihasilkan atom-atom
tersebut, beberapa atom yang diamati spektrumnya yaitu Helium (He), Neon (Ne)
dan Natrium (Na).
Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan spektrometer optik
dan kisi untuk mengetahui besarnya sudut yang
dibentuk setiap spketrum warna yang akan dianalisis untuk memperoleh panjang gelombang dari setiap
deretan warna spektrum garis yang dihasilkan atom tersebut.
Bahasan kita tentang spektrum pancar dan serap atom
dan model atom Bohr di atas tidaklah lengkap tanpa pemahaman mengenai
terjadinya semua spektrum ini. Bohr mempostulatkan bahwa meskipun electron
tidak memancarkan radiasi electromagnet ketika beredar pada suatu tingkat
tertentu, ia dapat berpindah dari satu tingkat ke tingkat yang lain yang lebih
rendah. Pada tingkat yang lebih rendah, energy yang dimiliki electron lebih
rendah dari tingkat sebelumnya. Beda energy ini muncul sebagai sebuah kuantum
radiasi berenergi hv yang sama besar dengan beda energy antara kedua tingkat
tersebut. Artinya, jika electron melompat dari n=n1 ke n=n2
maka terpancar sebuah foton dengan energy Tetapan R∞ disebut tetapan
Rydberg, bernilai 1,0973731 x 10-7 m-1. [4]
TEORI
Jika gas mulia dan uap logam yang bertekanan rendah (di bawah tekanan
atmosfer) dieksitasi, radiasi yang dipancarkan mempunyai spektrum yang berisi
panjang gelombang tertentu saja. Setiap unsur memperlihatkan spektrum garis
yang unik. Spektrometer
optik dapat dipakai untuk menentukan panjang gelombang spektrum garis dari atom
gas mulia dan uap logam. [5]
Kisi digunakan untuk memisahkan garis spektrum. Cahaya
terdifraksidikisi, panjang gelombang yang sama mengalami
superposisi dan menghasilkan intensitas maksimum. Hubungan antara difraksi dan panjang gelombang adalah linear (sin α ~ λ) pada spektrum normal. Kita dapat menentukan
panjang gelombang yang datang
dari suatu cahaya yang melalui kisi dengan menggunakan spektrometer. Persamaan
untuk menentukan panjang gelombang spektrum garis adalah
Dengan : n = Orde Spektrum, = jumlahsudut
antara garis spektrum kanan dan kiri,
N = jumlah gariskisi yang digunakan, dan
λ = panjang gelombang. [5]
GAMBAR 1. Skema
diagram untuk defenisi sudut
Untuk menghitung interval dua garis, diberikan contoh
data hasil percobaan difraksi pada n=1 dan n=2 untuk garis-D sodium
sebagai berikut:
TABEL 1. Sodium
D-Lines, hasil pengukuran difraksi untuk n=1 dan n=2
Line
|
N
|
|
λ5706/cm
nm
|
D1
|
1
|
39.3000
|
589.33
|
2
|
84.5420
|
589.41
|
|
D2
|
1
|
39.2500
|
588.61
|
2
|
84.4250
|
588.74
|
Berdasarkan tabel 4.1, diketahui interval antara dua
warna kuning Sodium D-Lines dengan nilai Δλ = 0,72 nm (diukur pada n=1) dan Δλ
= 0,67 nm (diukur pada n=2).
Nilai rata-ratanya adalah λ(D1) – λ(D2) = 0,70 nm[4]
METODOLOGI
EKSPERIMEN
Alat yang
digunakan pada eksperimen ini yaitu:
Spektrometer optik, Kisi Rowland, Transformer, 6 V AC, 12 V Ac dan Universal
Choke, 230 V, 50 Hz. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu: Spektrum lampu He,
Na, dan Ne.
Metode penelitian dilakukan
dengan melakukan pengaturan atau penyetelan pada spektrometer optik sebelum
digunakan, selanjutnya dilakukan dua kali pengamatan yaitu: pertama, untuk
menentukan spektrum garis He dan Ne dan kedua, untuk Menentukan interval antara
dua baris Na-D
GAMBAR 2.Rangkaian
percobaan spektrum
garis berbagai jenis atom
Pertama, untuk menentukan spektrum garis He, dilakukan
dengan memutar bagian teleskop pada spektrometer optik ke arah kanan secara
perlahan sehingga teramati garis warna pertama pada orde 1 (n = 1). Kemudian
mengimpitkan tanda benang vertikal pada teleskop dengan garis warna pertama dan
membaca penunjukan skala pada spektrometer sebagai θ kanan ,dengan
prosedur kerja yang sama mengamati garis-garis warna berikutnya pada orde yang
sama dan garis-garis warna berikutnya pada orde 2 (n=2) serta mencatat setiap
penunjukan skalanya sebagai θ kanan .
Selanjutnya memutar teleskop pada
spektrometer optik secara perlahan ke arah kiri dan mengulangi prosedur kerja
yang sama seperti pada pembacaan θ kanan serta membaca masing-masing
penunjukan skala pada spektrometer sebagai θ kiri , untuk pengamatan
spektrum garis Ne dilakukan dengan mengganti spektum lampu He dengan spektrum
lampu Ne dan mengulangi prosedur kerja yang sama saat pengamatan spektrum garis
He.
Kedua, untuk Menentukan interval
antara dua baris Na-D dilakukan dengan menganti lampu Ne dengan lampu Na.
Kemudian memutar teleskop ke arah kanan sampai teramati garis warna kuning pada
orde 1 dan orde 2 serta membaca masing-masing penunjukan skala pada
spektrometer sebagai θkanan, selanjutnya memutar teleskop ke arah
kiri sehingga teramati garis warna kuning pada orde 1 dan orde 2 serta membaca masing-masing penunjukan skala pada spektrometer sebagai θkiri
.
HASIL
EKSPERIMEN DAN ANALISA DATA
Hasil Pengamatan
NST
Spektrometer = 1/60o = 0,02o
N = 600
lines/mm = 6 x 10-4 lines/nm
Kegiatan Pertama
TABEL 2.Hubungan antara warna spektrum dan jumlah sudut antara
garis spektrum kanan dan kiri atom Helium (He)
Orde spektrum
|
Warna spektrum
|
θkanan (ᵒ)
|
θkiri (ᵒ)
|
∆α(ᵒ)
|
Ungu
|
15,55
|
15.55
|
31.10
|
|
Nila
|
16,28
|
15.92
|
32.20
|
|
Biru
|
16.98
|
16.58
|
33.56
|
|
1
|
Hijau
|
18.12
|
17,37
|
33.49
|
Kuning
|
-
|
-
|
-
|
|
Jingga
|
21.18
|
20.67
|
41.85
|
|
|
Merah
|
24.28
|
23.62
|
47.90
|
Ungu
|
28.78
|
32.43
|
61.21
|
|
Nila
|
-
|
-
|
-
|
|
Biru
|
33.98
|
34.37
|
68.35
|
|
2
|
Hijau
|
38.38
|
36.78
|
75.16
|
Kuning
|
46.25
|
44.15
|
90.40
|
|
Jingga
|
-
|
-
|
-
|
|
|
Merah
|
55.83
|
52.52
|
108.35
|
TABEL 3. Hubungan antara warna spektrum dan jumlah sudut
antara garis spektrum kanan dan kiri atom Ne
Orde spektrum
|
Warna spektrum
|
θkanan (ᵒ)
|
θkiri (ᵒ)
|
∆α(ᵒ)
|
Ungu
|
15.70
|
17.42
|
33.12
|
|
Nila
|
16.28
|
18.45
|
34.73
|
|
Biru
|
17.75
|
19.13
|
36.88
|
|
1
|
Hijau
|
18.77
|
19.28
|
38.05
|
Kuning
|
20.98
|
20.92
|
41.90
|
|
Jingga
|
21.53
|
21.78
|
43.30
|
|
|
Merah
|
22.92
|
22.63
|
45.55
|
Ungu
|
-
|
-
|
-
|
|
Nila
|
-
|
-
|
-
|
|
Biru
|
-
|
-
|
-
|
|
2
|
Hijau
|
-
|
-
|
-
|
Kuning
|
-
|
-
|
-
|
|
Jingga
|
-
|
-
|
-
|
|
|
Merah
|
-
|
-
|
-
|
Kegiatan Kedua
TABEL 4. Hubungan antara sudut dan panjang gelombang Atom Na
Line
|
n
|
|
λ
(10-9 m)
|
D1 (kanan)
|
1
|
20.58
|
585.86
|
2
|
43.67
|
575.42
|
|
D2 (kiri)
|
1
|
21.40
|
608.13
|
2
|
47.18
|
611.24
|
Analisis
Data
Menentukan panjang gelombang digunakan persamaan:
Dimana:
Maka:
Karena garisnya terbagi atas 2, maka:
α= 1 + 2
Kegiatan pertama
a) Lampu Helium (He)
Orde 1
·
Ungu
446.80 nm
·
Nila
462.61
nm
·
Biru
481.16 nm
·
Hijau
507.97 nm
·
Jingga
595.24 nm
·
Merah
676.57 nm
Orde 2
·
Ungu
424.26 nm
·
Biru
468.10 nm
·
Hijau
508.22 nm
·
Kuning
591.31 nm
·
Merah
675.67 nm
b) Lampu Neon (Ne)
Orde 1
·
Ungu
475.03 nm
·
Nila
nm
·
Biru
nm
·
Hijau
nm
·
Kuning
nm
·
Jingga
nm
·
Merah
nm
Kegiatan kedua
a)
Orde 1
b) Orde
2
=
=
=
29.04 nm
Pembahasan
Pada percobaan ini memiliki tujuan untuk
menetukan panjang gelombang spectrum garis atom gas mulia dan logam. Dimana
pada percobaan ini digunakan tiga senyawa saja yakni He, Na, dan Ne. adapun
metodologi dasar yang digunakan dalam percobaan ini yakni membuktikan kemampuan
teori atom Bohr yang menerangkan asal-usul garis spectrum merupakan salah satu
hasil yang menonjol, sehingga ini akan diterapkan pada spectrum atomik.
Pada percobaan spektrum garis yang telah kami lakukan
di sini menggunakan kisi Rowland yang berfungsi sebagai alat untuk mendifraksikan
pancaran cahaya dari gas mulia dan uap logam
pada percobaan atau dengan kata lain digunakan untuk memisahkan garis
spektrum dari gas mulia maupun logam yang digunakan. Pada percobaan ini juga
digunakan sumber tegangan dari transformer dengan arus AC dan tegangan 6 volt. Adapun
spektrometer optik yang merupakan salah satu komponen alat yang sangat penting
dalam percobaan ini dikarenakan alat ini dapat dipakai untuk menentukan panjang
gelombang spektrum garis dari atom gas mulia dan uap logam.
Karena pada percobaan ini digunakan Percobaan
spektrum garis berbagai jenis atom yang mengacu pada teori atom Bohr, dimana
atom yang digunakan yaitu gas mulia atom helium, natrium dan neon maka gas
mulia dan uap logam yang bertekanan rendah di bawah tekanan atmosfer
dieksitasi, kemudian radiasi yang dipancarkan mempunyai spektrum yang berisi
panjang gelombang yang berbeda-beda begitupun warna dari spektrum garis yang
nampak sewaktu percobaan adapun warna yang nampak pada percobaaan yakni ungu, nila,
biru, hijau, kuning, jingga, dan merah. Warna inilah yang praktikan dapatkan
pada percobaan yang teramati di lensa pengamatan pada alat spectrometer. Pada tabel hasil analisis data diperoleh
panjang gelombang untuk setiap spektrum warna. Adapaun hasil analisis yang praktikan dapatkan dari hasil
pengamatan yakni untuk panjang gelombang He didapatkan berturut-turut dari
warna ungu, nila, biru, hijau, jingga, dan merah pada orde pertama yakni 446,80
nm, 462,60 nm, 481,16 nm, 507, 97 nm, 595,24 nm, dan 676,57 nm. Untuk orde ke
dua berturut-turut ungu, nila, biru, kuning, hijau, jingga, dan merah yakni
457,52 nm, 479,05 nm, 499,19 nm, 710,56 nm, 590,28 nm, 662,15 nm, 668,15 nm
sedangkan untuk Ne didapatkan berturut-turut dari warna ungu, nila, biru,
hijau, kuning, jingga, dan merah pada orde pertama yakni 475,03 nm, 497,43 nm,
527,19 nm, 543,30 nm, 595,92 nm, 615,03 nm, 645,19 nm. Untuk orde ke dua pada
gas Ne pada percobaan kami tidak memperoleh data apapun.
Sedangkan pada kegiatan gas Na dari hasil analisis
kita peroleh inteval yakni untuk ordepertama sebesar 22,27 nm dan pada orde
kedua sebesar 29,04 nm.
Adapun panjang gelombang yang praktikan dapatkan pada
percobaan spektrum garis ini, terjadi sedikit penyimpangan dari teori yang ada
untuk beberapa panjang gelombang tertentu namun penyimpangannya itu tidak
terlalu jauh, sehingga masih mendakati nilai teori yang ada. Hal ini mungkin
disebakan kurangnya ketelitian praktikan dalam menentukan jumlah sudut antara
garis spektrum kanan dan kiri pada percobaan. Perbandingan antara secara teori
dan eksperimen dapat kita lihat pada table di bawah ini:
TABEL
5. Analisis
perbandingan panjang gelombang secara eksperimen dan referensi
No
|
Warna spektrum
|
|
|
|||
1
|
Ungu
|
|
400 nm
|
|||
2
|
Nila
|
|
445 nm
|
|||
3
|
Biru
|
|
475 nm
|
|||
4
|
Hijau
|
|
510 nm
|
|||
5
|
Kuning
|
|
570 nm
|
|||
6
|
Jingga
|
|
590 nm
|
|||
7
|
Merah
|
|
650 nm
|
|||
*catatan: Panjang gelombang
spektrum warna berdasarkan eksperimen diperoleh dari rata-rata spektrum warna
pada setiap orde lampu He dan Ne.
Selain adanya perbedaan antara nilai teori dan eksperimen, juga terdapat beberapa kesalahan
yang terjadi pada proses pengamatan spektrum yang di mana pada pengamatan gas
Na pada orde pertama tidak terdapatnya warna kuning pada deretan spektrum
warnanya, sedangkan pada orde 2 warna nila dan jingga yang tidak Nampak pada
deretan spektrum warna sedangkan yang lain terlihat. Untuk gas Ne pada orde
kedua sama sekali tidak ada warna yang terlihat. Hal ini disebabkan karena
praktikkan kurang dalam mengamati spektrum garisnya, kendala lain yang mungkin
penyebabnya karena pada saat pengambilan data sering terjadi pemadaman lampu
secara tiba-tiba sehingga mempengaruhi data yang diperoleh.
KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan analisis data yang praktikan
dapatkan dalam laporan ini maka panjang
gelombang spektrum garis atom gas mulia He didapatkan berturut-turut dari warna
ungu, nila, biru, hijau, jingga, dan merah pada orde pertama 446,80 nm, 462,60 nm,
481,16 nm, 507, 97 nm, 595,24 nm, dan 676,57 nm. Untuk orde ke dua
berturut-turut ungu, nila, biru, kuning, hijau, jingga, dan merah yakni 457,52
nm, 479,05 nm, 499,19 nm, 710,56 nm, 590,28 nm, 662,15 nm, 668,15 nm sedangkan
untuk Ne didapatkan berturut-turut dari warna ungu, nila, biru, hijau, kuning,
jingga, dan merah pada orde pertama yakni 475,03 nm, 497,43 nm, 527,19 nm,
543,30 nm, 595,92 nm, 615,03 nm, 645,19 nm. Untuk orde ke dua pada gas Ne pada
percobaan kami tidak memperoleh data apapun. Sedangkan pada kegiatan gas Na
dari hasil analisis kita peroleh inteval yakni untuk ordepertama sebesar 22,27
nm dan pada orde kedua sebesar 29,04 nm.
REFERENSI
[1]Beiser, Arthur. 1995. Konsep Fisika Modern. Erlangga: Jakarta.
[2]Daud,
M. Jasruddin. 2005. Pengantar Fisika
Moder. Badan Penerbit UNM: Makassar
[3]Gamma
D. Alfaro. 2013. Mantap Kuasai Konsep
Fisika. Penerbit Andi: Yogyakarta.
[4]Krane,
K. 1992. Fisika Modern (terjemahan). Jakarta :
Universitas Indonesia.
[5]Subaer, dkk. 2014. Penuntun Praktikum Eksperimen Fisika I Unit
Laboratorium Fisika Modern Jurusan Fisika FMIPA UNM.
Universitas Negeri Makassar: Makassar.
0 komentar:
Posting Komentar